Viva la Vida adalah lagu
yang ditampilkan oleh band asal Inggris, Coldplay. Lagu yang diciptakan oleh
seluruh personel Coldpaly ini terdapat dalam album keempat mereka yang berjudul
Viva la Vida or Death and All His Friends
(2008). Viva la Vida meraih
kesuksesan besar di pasaran serta menempati urutan atas di berbagai chart lagu internasional
seperti UK Singles Chart dan Billboard Hot 100. Lagu ini meraih Grammy Award
for Song of The Year pada Grammy Award ke-51 tahun 2009.
Lagu
Viva la Vida selain memiliki unsur
musikalitas yang sangat baik, juga memiliki lirik lagu yang sangat menarik
untuk ditelaah. Lirik dalam Viva la Vida
dapat membuat pendengarnya penasaran karena memiliki ‘makna yang sangat dalam’.
Pada lagu inilah seluruh personel Coldplay menuangkan ide dan memberikan berbagai
sudut pandang mengenai hidup, sejarah, dan agama.
Viva
la Vida mendapatkan inspirasinya dari lukisan hasil karya pelukis abad 20 asal
Meksiko, Frida Kahlo. Chris Martin, vokalis band Coldplay, mengatakan bahwa Viva la Vida yang dalam bahasa Inggris
memiliki arti “Long Live Life” adalah lagu yang didedikasikan kepada sosok
Frida Kahlo yang tetap kuat dan menghargai hidup meskipun menderita penyakit
polio. Kahlo yang telah melalui berbagai kepahitan dalam hidup dapat melukis
karya yang hebat di rumahnya dan mengatakan “Viva la Vida”.
Lirik lagu Viva la Vida memiliki banyak sekali referensi sejarah dan
keagamaan, dalam hal ini agama Kristen. Lirik Viva la Vida sangat menarik untuk ditelaah per bagian. Lirik Viva la Vida terbagi menjadi 5 bagian
lirik dan 2 chorus.
Bagian
1:
“I used to rule the world
Seas would rise when I gave the word
Now in the morning I sleep alone
Sweep the streets I used to own”
Seas would rise when I gave the word
Now in the morning I sleep alone
Sweep the streets I used to own”
Pada bagian pertama lagu ini, kita
dapat melihat bahwa lirik lagu ini menceritakan mengenai seseorang yang pernah
menguasai dunia, atau setidaknya menjadi penguasa suatu negara yang besar dan
kuat. Apa pun yang dikatakannya selalu didengarkan dan menjadi perhatian
seluruh dunia. Penguasa tersebut kemudian tiba-tiba kehilangan kekuasaannya dan
menjadi orang biasa atau orang rendahan di daerah yang dulu pernah dikuasainya.
Dari raja menjadi pesuruh atau pengemis.
Bagian 2:
“I
used to roll the dice
Feel
the fear in my enemy's eyes
Listen
as the crowd would sing”
"Now
the old king is dead! Long live the king!"
Pada bagian kedua, sosok yang
menceritakan kehidupannya dalam lirik lagu Viva
la Vida menyatakan bahwa dia pernah menguasai dunia serta mengambil resiko
seperti bermain dadu dalam memperluas daerah kekuasaannya sehingga membuat
takut lawan-lawannya. Sosok ini memiliki kekuasaan yang sangat besar sehingga
rakyat memujanya karena dapat mengalahkan kekuatan penguasa sebelumnya.
Bagian
3:
“One minute I held the key
Next the walls were closed on me
And I discovered that my castles stand
Upon pillars of salt and pillars of sand”
Next the walls were closed on me
And I discovered that my castles stand
Upon pillars of salt and pillars of sand”
Bagian ketiga lirik lagu
menceritakan tentang sosok yang pernah berkuasa tersebut selama beberapa waktu
memiliki kekuasaan (‘the key’), tetapi terkurung di dalam temboknya sendiri dan
tidak dapat lagi memperluas daerah kekuasaannya. Sosok ini menyadari bahwa pusat
kekuasaannya (‘castle’) berdiri dalam kekuasaan orang-orang yang penurut dan
pembangkang serta cerdas dan bodoh. ‘Pillars of salt’ merujuk pada istri Lot
yang diubah menjadi pilar yang terbuat dari garam. Cerita ini terdapat pada ‘Book
of Genesis’ yang menceritakan tentang kota Sodom dan Gomorrah. Istri Lot tidak
mengikuti perintah malaikat yang melarangnya melihat ketika kota Sodom
dihancurkan di belakangnya. ‘Pillars of sand’ merujuk pada referensi Kristen
yang terdapat dalam Injil berupa ‘Parable of The Wise and The Foolish Builders’
atau ‘House on The Rock’. Perumpamaan (parable)
ini menceritakan tentang orang bodoh yang membangun rumahnya dari pasir dan
orang bijak yang membangun rumahnya dari batu yang kuat.
Bagian 4:
“It was the wicked and wild wind
Blew down the doors to let me in
Shattered windows and the sound of drums
People couldn't believe what I'd become”
Blew down the doors to let me in
Shattered windows and the sound of drums
People couldn't believe what I'd become”
Bagian keempat lagu setelah chorus
ini menceritakan bagaimana sosok dalam lirik lagu ini mencapai kekuasaan dengan
cara yang jahat dan kasar. Kekuasaan diraih dengan menghancurkan rumah-rumah.
Rakyat pun menjadi tidak percaya dengan sosok yang menjadi berkuasa tersebut. Sosok
penguasa menjadi seorang tirani karena memiliki kekuasaan yang absolut.
Bagian 5:
“Revolutionaries wait
For my head on a silver plate
Just a puppet on a lonely string
Oh who would ever want to be king?”
Bagian kelima lirik menceritakan
tentang bagaimana sosok yang pernah berkuasa kemudian jatuh dari kekuasaannya
dengan nasib yang tragis. Kekuasaan yang dimiliki sosok penguasa pada akhirnya
dijatuhkan melalui revolusi. Revolusi dalam lirik ini dapat mengacu pada
Revolusi Prancis yang menggulingkan para penguasa Prancis. ‘Head on a silver plate’ dapat mengacu
pada pemenggalan kepala di Prancis pada masa lalu dengan guillotine. Banyak penguasa Prancis yang dipenggal kepalanya dengan
guillotine ketika terjadi revolusi. Istilah
‘head on a silver plate’ dapat pula
mengacu pada peristiwa pemenggalan kepala St. John the Baptism. Herod memenggal
kepala John the Baptism karena diminta oleh Salome yang menginginkan kepala
John the Baptism di atas piring perak. Selain itu, Herod menganggap John the
Baptism sebagai musuh yang berbahaya karena John the Baptism dianggap memiliki
pengaruh yang kuat di kalangan rakyat dan dapat menciptakan pemberontakan. Sang
penguasa dalam lirik Viva la Vida pun
merasa seperti boneka yang digerakkan oleh tali penggerak. Dengan segala nasib
tragis yang diperoleh oleh sang penguasa, siapa yang mau menjadi raja?
Chorus
1:
“I hear Jerusalem bells a ringing
Roman Cavalry choirs are singing
Be my mirror, my sword and shield
My missionaries in a foreign field”
“I hear Jerusalem bells a ringing
Roman Cavalry choirs are singing
Be my mirror, my sword and shield
My missionaries in a foreign field”
Pada bagian chorus lagu pertama,
lirik lagu yang dituliskan menceritakan mengenai masa kekuasaan sosok penguasa
dalam lirik lagu. Sosok penguasa tersebut mendengar ‘Jerusalem Bell’ yang
mungkin biasa digunakan oleh para pendeta Yahudi. Maksud Coldplay menulis lirik
ini mungkin untuk mengingatkan Perang Salib di Yerusalem. Pasukan kavelari
Romawi kemudian dituliskan bergerak untuk melakukan perang atas nama agama.
Pasukan kavelari Romawi seolah-olah menyanyikan choir (paduan suara gereja) saat pergi berperang. Kaca (mirror) dapat mengacu pada imej, pedang
(sword) mengacu pada kekuasaan, dan
perisai (shield) mengacu pada kekuatan.
Tiga hal inilah yang menjadi sumbu kekuasaan sosok penguasa. Sosok penguasa
pada Viva la Vida ini melakukan
penaklukan terhadap wilayah lain dengan dalih agama. Dia mengatasnamakan agama
dalam melakukan kekejaman dalam rangka menaklukan daerah yang asing.
Chorus
2:
“For some reason I can't explain
I know Saint Peter won't call my name
Never an honest word
But that was when I ruled the world”
I know Saint Peter won't call my name
Never an honest word
But that was when I ruled the world”
Bagian chorus kedua, sosok penguasa
menyadari bahwa pada titik tertentu dia mengakui kejahatannya ketika
memerintah. Dia menyadari bahwa dirinya tidak akan masuk surga setelah
kematiannya. Saint Peter dalam agama Kristen adalah rasul utama, paus pertama
Katolik, lalu dimuliakan menjadi santo (saint).
Sosok penguasa tersebut merasa namanya tidak terdapat dalam daftar manusia yang
masuk ke dalam surga. Sosok tersebut tidak pernah mengatakan kata yang jujur
dalam memerintah. Lirik lagu ini pun ditutup dengan menyatakan bahwa hal itu (kejahatan
dan kekejaman) terjadi dan dilakukan pada saat dia memerintah.
……But that was when I ruled the world
====================================================
Lirik
lagu menurut personel Coldplay:
- Bassis Guy Berryman (dalam Q Magazine Juli 2008) menyatakan:
"It's a story about a king who's lost his
kingdom, and all the album's artwork is based on the idea of revolutionaries
and guerrillas. There's this slightly anti-authoritarian viewpoint that's crept
into some of the lyrics and it's some of the payoff between being surrounded by
governments on one side, but also we're human beings with emotions and we're all
going to die and the stupidity of what we have to put up with every day. Hence
the album title."
- Vokalis Chris Martin menyatakan:
"I know Saint Peter won't call
my name." The Coldplay lead singer replied: "It's about… You're not on
the list. I was a naughty boy. It's always fascinated me that idea of finishing
your life and then being analyzed on it. And it's that runs through most
religions. That's why people blow up buildings. Because they think they're
going to get lots of virgins. I always feel like saying, Just join a band
(cackles head off). That is the most frightening thing you could possibly say
to somebody. Eternal damnation. I know about this stuff because I studied it. I
was into it all. I know it. It's still mildly terrifying to me. And this is
serious."
- Drumer Will Champion menyatakan:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar