Senin, 04 Maret 2013

Rahasia dan Makna dari Lirik lagu Viva La Vida

Viva la Vida adalah lagu yang ditampilkan oleh band asal Inggris, Coldplay. Lagu yang diciptakan oleh seluruh personel Coldpaly ini terdapat dalam album keempat mereka yang berjudul Viva la Vida or Death and All His Friends (2008). Viva la Vida meraih kesuksesan besar di pasaran serta menempati urutan atas di berbagai chart lagu internasional seperti UK Singles Chart dan Billboard Hot 100. Lagu ini meraih Grammy Award for Song of The Year pada Grammy Award ke-51 tahun 2009.
            Lagu Viva la Vida selain memiliki unsur musikalitas yang sangat baik, juga memiliki lirik lagu yang sangat menarik untuk ditelaah. Lirik dalam Viva la Vida dapat membuat pendengarnya penasaran karena memiliki ‘makna yang sangat dalam’. Pada lagu inilah seluruh personel Coldplay menuangkan ide dan memberikan berbagai sudut pandang mengenai hidup, sejarah, dan agama.
 
            Viva la Vida mendapatkan inspirasinya dari lukisan hasil karya pelukis abad 20 asal Meksiko, Frida Kahlo. Chris Martin, vokalis band Coldplay, mengatakan bahwa Viva la Vida yang dalam bahasa Inggris memiliki arti “Long Live Life” adalah lagu yang didedikasikan kepada sosok Frida Kahlo yang tetap kuat dan menghargai hidup meskipun menderita penyakit polio. Kahlo yang telah melalui berbagai kepahitan dalam hidup dapat melukis karya yang hebat di rumahnya dan mengatakan “Viva la Vida”.

            Lirik lagu Viva la Vida memiliki banyak sekali referensi sejarah dan keagamaan, dalam hal ini agama Kristen. Lirik Viva la Vida sangat menarik untuk ditelaah per bagian. Lirik Viva la Vida terbagi menjadi 5 bagian lirik dan 2 chorus.
Bagian 1:
“I used to rule the world
Seas would rise when I gave the word
Now in the morning I sleep alone
Sweep the streets I used to own”
            Pada bagian pertama lagu ini, kita dapat melihat bahwa lirik lagu ini menceritakan mengenai seseorang yang pernah menguasai dunia, atau setidaknya menjadi penguasa suatu negara yang besar dan kuat. Apa pun yang dikatakannya selalu didengarkan dan menjadi perhatian seluruh dunia. Penguasa tersebut kemudian tiba-tiba kehilangan kekuasaannya dan menjadi orang biasa atau orang rendahan di daerah yang dulu pernah dikuasainya. Dari raja menjadi pesuruh atau pengemis.
  
Bagian 2:
“I used to roll the dice
Feel the fear in my enemy's eyes
Listen as the crowd would sing”
"Now the old king is dead! Long live the king!"
            Pada bagian kedua, sosok yang menceritakan kehidupannya dalam lirik lagu Viva la Vida menyatakan bahwa dia pernah menguasai dunia serta mengambil resiko seperti bermain dadu dalam memperluas daerah kekuasaannya sehingga membuat takut lawan-lawannya. Sosok ini memiliki kekuasaan yang sangat besar sehingga rakyat memujanya karena dapat mengalahkan kekuatan penguasa sebelumnya.
Bagian 3:
“One minute I held the key
Next the walls were closed on me
And I discovered that my castles stand
Upon pillars of salt and pillars of sand”
            Bagian ketiga lirik lagu menceritakan tentang sosok yang pernah berkuasa tersebut selama beberapa waktu memiliki kekuasaan (‘the key’), tetapi terkurung di dalam temboknya sendiri dan tidak dapat lagi memperluas daerah kekuasaannya. Sosok ini menyadari bahwa pusat kekuasaannya (‘castle’) berdiri dalam kekuasaan orang-orang yang penurut dan pembangkang serta cerdas dan bodoh. ‘Pillars of salt’ merujuk pada istri Lot yang diubah menjadi pilar yang terbuat dari garam. Cerita ini terdapat pada ‘Book of Genesis’ yang menceritakan tentang kota Sodom dan Gomorrah. Istri Lot tidak mengikuti perintah malaikat yang melarangnya melihat ketika kota Sodom dihancurkan di belakangnya. ‘Pillars of sand’ merujuk pada referensi Kristen yang terdapat dalam Injil berupa ‘Parable of The Wise and The Foolish Builders’ atau ‘House on The Rock’. Perumpamaan (parable) ini menceritakan tentang orang bodoh yang membangun rumahnya dari pasir dan orang bijak yang membangun rumahnya dari batu yang kuat.
Bagian 4:
“It was the wicked and wild wind
Blew down the doors to let me in
Shattered windows and the sound of drums
People couldn't believe what I'd become”
            Bagian keempat lagu setelah chorus ini menceritakan bagaimana sosok dalam lirik lagu ini mencapai kekuasaan dengan cara yang jahat dan kasar. Kekuasaan diraih dengan menghancurkan rumah-rumah. Rakyat pun menjadi tidak percaya dengan sosok yang menjadi berkuasa tersebut. Sosok penguasa menjadi seorang tirani karena memiliki kekuasaan yang absolut.
           
Bagian 5:
“Revolutionaries wait
For my head on a silver plate
Just a puppet on a lonely string
Oh who would ever want to be king?”


            Bagian kelima lirik menceritakan tentang bagaimana sosok yang pernah berkuasa kemudian jatuh dari kekuasaannya dengan nasib yang tragis. Kekuasaan yang dimiliki sosok penguasa pada akhirnya dijatuhkan melalui revolusi. Revolusi dalam lirik ini dapat mengacu pada Revolusi Prancis yang menggulingkan para penguasa Prancis. ‘Head on a silver plate’ dapat mengacu pada pemenggalan kepala di Prancis pada masa lalu dengan guillotine. Banyak penguasa Prancis yang dipenggal kepalanya dengan guillotine ketika terjadi revolusi. Istilah ‘head on a silver plate’ dapat pula mengacu pada peristiwa pemenggalan kepala St. John the Baptism. Herod memenggal kepala John the Baptism karena diminta oleh Salome yang menginginkan kepala John the Baptism di atas piring perak. Selain itu, Herod menganggap John the Baptism sebagai musuh yang berbahaya karena John the Baptism dianggap memiliki pengaruh yang kuat di kalangan rakyat dan dapat menciptakan pemberontakan. Sang penguasa dalam lirik Viva la Vida pun merasa seperti boneka yang digerakkan oleh tali penggerak. Dengan segala nasib tragis yang diperoleh oleh sang penguasa, siapa yang mau menjadi raja?
Chorus 1:
“I hear Jerusalem bells a ringing
Roman Cavalry choirs are singing
Be my mirror, my sword and shield
My missionaries in a foreign field”


            Pada bagian chorus lagu pertama, lirik lagu yang dituliskan menceritakan mengenai masa kekuasaan sosok penguasa dalam lirik lagu. Sosok penguasa tersebut mendengar ‘Jerusalem Bell’ yang mungkin biasa digunakan oleh para pendeta Yahudi. Maksud Coldplay menulis lirik ini mungkin untuk mengingatkan Perang Salib di Yerusalem. Pasukan kavelari Romawi kemudian dituliskan bergerak untuk melakukan perang atas nama agama. Pasukan kavelari Romawi seolah-olah menyanyikan choir (paduan suara gereja) saat pergi berperang. Kaca (mirror) dapat mengacu pada imej, pedang (sword) mengacu pada kekuasaan, dan perisai (shield) mengacu pada kekuatan. Tiga hal inilah yang menjadi sumbu kekuasaan sosok penguasa. Sosok penguasa pada Viva la Vida ini melakukan penaklukan terhadap wilayah lain dengan dalih agama. Dia mengatasnamakan agama dalam melakukan kekejaman dalam rangka menaklukan daerah yang asing.  


Chorus 2:
“For some reason I can't explain
I know Saint Peter won't call my name
Never an honest word
But that was when I ruled the world”
            Bagian chorus kedua, sosok penguasa menyadari bahwa pada titik tertentu dia mengakui kejahatannya ketika memerintah. Dia menyadari bahwa dirinya tidak akan masuk surga setelah kematiannya. Saint Peter dalam agama Kristen adalah rasul utama, paus pertama Katolik, lalu dimuliakan menjadi santo (saint). Sosok penguasa tersebut merasa namanya tidak terdapat dalam daftar manusia yang masuk ke dalam surga. Sosok tersebut tidak pernah mengatakan kata yang jujur dalam memerintah. Lirik lagu ini pun ditutup dengan menyatakan bahwa hal itu (kejahatan dan kekejaman) terjadi dan dilakukan pada saat dia memerintah.
……But that was when I ruled the world
====================================================
Lirik lagu menurut personel Coldplay:
  • Bassis Guy Berryman (dalam Q Magazine Juli 2008) menyatakan:
 "It's a story about a king who's lost his kingdom, and all the album's artwork is based on the idea of revolutionaries and guerrillas. There's this slightly anti-authoritarian viewpoint that's crept into some of the lyrics and it's some of the payoff between being surrounded by governments on one side, but also we're human beings with emotions and we're all going to die and the stupidity of what we have to put up with every day. Hence the album title."
  • Vokalis Chris Martin menyatakan:
"I know Saint Peter won't call my name." The Coldplay lead singer replied: "It's about… You're not on the list. I was a naughty boy. It's always fascinated me that idea of finishing your life and then being analyzed on it. And it's that runs through most religions. That's why people blow up buildings. Because they think they're going to get lots of virgins. I always feel like saying, Just join a band (cackles head off). That is the most frightening thing you could possibly say to somebody. Eternal damnation. I know about this stuff because I studied it. I was into it all. I know it. It's still mildly terrifying to me. And this is serious."
  • Drumer Will Champion menyatakan:
"trying to remember what's important in your life, rather than being carried away by the trappings of other things."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar