Bradley Manning, staf Angkatan Darat yang ditangkap dalam kebocoran terbesar informasi rahasia dalam sejarah Amerika Serikat, mengaku bersalah atas 10 tuduhan yang dapat mengirimnya ke penjara selama 20 tahun. Ia menyatakan hanya berusaha untuk mengekspos militer AS yang "haus darah" dan mengabaikan aspek kemanusiaan di Irak dan Afghanistan.
Jaksa militer mengatakan mereka berencana untuk menyodorkan 12 tuduhan yang tersisa terhadap dirinya, termasuk membantu musuh, yang membawa hukuman seumur hidup.
"Saya mulai menjadi tertekan pada situasi kita menemukan diri kita terperosok tahun demi tahun. Dalam operasi kontra-pemberontak, kita menjadi terobsesi dengan menangkap dan membunuh target manusia," kata mantan analis intelijen berusia 25 tahun ini. "Saya ingin masyarakat tahu bahwa tidak semua orang yang hidup di Irak adalah target yang harus dinetralkan."
Ini adalah pertama kalinya Manning langsung mengakui bocornya informasi rahasia yang dibeber di situs WikiLeaks dan menyebut secara rinci frustrasi yang menyebabkan dia untuk melakukannya.
Ia menyatakan hal itu dalam pernyataan setebal 35 halaman yang dibacanya selama lebih dari satu jam. Dia berbicara dengan cepat dan datar, menunjukkan sedikit emosi bahkan ketika ia menggambarkan bagaimana ia bermasalah dengan apa yang telah dilihatnya.
Manning mengaku mengirimkan ratusan ribu laporan terkait operasi AS di Irak dan Afghanistan, informasi diplomatik Departemen Luar Negeri, dan catatan rahasia lainnya. Ia mengirimkannya ke WikiLeaks pada tahun 2009 dan 2010.
Ia mengatakan ia terganggu oleh pelaksanaan perang di Afghanistan dan Irak dan cara pasukan AS memperlakukan rakyat. Dia mengatakan dia tidak percaya pelepasan informasi akan membahayakan AS.
"Saya percaya bahwa jika masyarakat umum, khususnya masyarakat Amerika, memiliki akses pada informasi, maka akan bisa memicu perdebatan dalam negeri tentang peran militer dan kebijakan luar negeri kita secara umum," kata Manning.
Manning mengatakan ia terkejut pada 2007 saat menonton serangan oleh helikopter AS yang menewaskan 11 orang, termasuk seorang fotografer berita Reuters. Pentagon menyimpulkan pasukan mengira peralatan kamera untuk senjata.
"Aspek yang paling mengkhawatirkan dari video itu bagi saya adalah bahwa pasukan AS haus darah," kata Manning, menambahkan bahwa tindakan para prajurit itu 'mirip anak menyiksa semut dengan kaca pembesar'.
Ia mengatakan mengirim informasi rahasia itu ke WikiLeaks setelah menghubungi The Washington Post dan The New York Times dan kedua media itu tidak menganggapnya serius.
Washington mengatakan pelepasan dokumen mengancam sumber-sumber militer dan diplomatik berharga dan membuat tegang hubungan Amerika dengan pemerintah negara lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar